Friday, November 13, 2009

Sinyal Kuat Merger Smart dan Mobile-8

Jakarta - Sinyal merger antara dua operator seluler berbasis CDMA, Mobile-8 Telecom dan Smart Telecom, semakin kuat. Kabarnya, para pemilik kedua perusahaan telekomunikasi itu siap merampungkan negosiasi dalam waktu yang tak lama lagi.

"Sinar Mas Grup yang merupakan pemilik Smart Telecom rencananya akan membeli saham dari Global Mediacom, pemilik Mobile-8," menurut sumber detikINET di Jakarta, Kamis (5/11/2009).

Masih menurut sumber, diperkirakan titik temu kesepakatan sang pemilik operator, yakni Global Mediacom, Jerash Investment, serta Sinar Mas Grup, akan terjadi minggu depan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 250 miliar.

Ketika dikonfirmasi, kabar ini tak sepenuhnya ditampik Presiden Direktur Mobile-8, Merza Fachys. Namun ia juga tak serta merta mengiyakan. "Mereka (pemilik saham) tidak pernah cerita-cerita lagi apa, sampai mana, apalagi harga berapa."

"Cuma kita semua tahu bahwa sejak tahun lalu shareholder Mobile-8 terus berupaya mencari investor baru. Hampir semua operator pernah diajak bicara," kata Merza.

"Beberapa bulan lalu gosipnya dengan Esia (Bakrie Telecom) akan deal, ternyata tidak ada kejelasannya. Sekarang Smart. Saya sebagai BoD (board of director) berdoa saja mudah-mudahan jadi."

Merza juga mengaku tak tahu pasti tentang benar tidaknya kabar kesepakatan itu bakal terjadi minggu depan. "Kalau sudah closing saya pasti tahu. Tapi karena saya belum dengar apa-apa, jadi mungkin ya masih omong-omong saja."

Jika ditilik dari struktur pemegang saham Mobile-8 per 30 Desember 2008, berdasarkan data BEI, Jerash Investment Ltd menguasai 32%, PT Global Mediacom Tbk 19%, UOB Kay Hian Provate Limited 13,29%, PT Bhakti Asset Mangement 7,28%, dan Qualcomm Incoporated 5,01%.

Dari rumor yang beredar, ada kemungkinan lain masuknya Smart ke Mobile-8 lewat holding Global Mediacom, tidak melalui proses merger. Kedua perusahaan bisa saja tetap berdiri terpisah.

"Aksi ini kemungkinan dilakukan agar Global Mediacom dan Sinar Mas tidak dituding publik sebagai bagian dari jual beli frekuensi," kata sumber yang lain.

Kabar beredar, Mobile-8 memiliki hutang pembayaran Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) frekuensi Rp 60 miliar ke negara. Sedangkan Smart Telecom, masih memiliki hutang BHP Rp 200 miliar. Hutang itu kabarnya sudah jauh lebih ringan dari sebelumnya, yang mencapai Rp 600 miliar.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi, dahulu pernah mengatakan, jika akan ada merger dan akuisisi, frekuensi sebaiknya dikembalikan terlebih dulu ke negara.
( rou / faw )

Tuesday, September 29, 2009

Belajarlah Sampai ke Negeri China

Beijing - Belajarlah sampai ke negeri China. Mungkin ungkapan itu bukanlah suatu kebetulan jika kita melihat kondisi China dalam satu dekade tahun terakhir. Negara Tirai Bambu ini muncul sebagai raksasa ekonomi yang disegani dunia.

Layaknya sebuah proses belajar, proses menuju kejayaan China tidaklah diperoleh dengan sekejap mata. Kegagalan Revolusi Kebudayaan mungkin menjadi salah satu pengalaman pahit yang pernah dirasakan bangsa China. Diperkirakan 20 jutaan orang tewas dalam revolusi yang diprakarsai Mao Zedong tersebut.

Namun, pengalaman pahit itu justru menginspirasi Deng Xiaoping, bapak
modernisasi ekonomi China. Deng memutuskan China harus unggul dalam sains dan teknologi yang dapat direalisasikan lewat pendidikan. Seperti dicatat oleh Peter Navarro (Letupan-letupan Perang China Mendatang , 2008), secara akumulatif dalam kurun waktu 1978-2004, sebanyak 651.776 putra putri China lulus belajar di luar negeri, kendati yang yang kembali ke China untuk membangun negara hanya 144.975 (22,2 %).

Kesadaran akan pentingnya pendidikan (baca: belajar), juga telah mengantarkan China menjadi salah satu negara yang memiliki teknologi tinggi. Misalnya saja dalam peluncuran Satelit Indosat PALAPA-D, China menjadi 'pengantar' satelit milik perusahaan telekomunikasi di Indonesia itu, menuju ruang angkasa. Adalah roket-roket yang dihasilkan China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT), yang akan meluncur mengantarkan satelit itu sampai ke orbit yang diinginkan.

Penjelajahan ruang angkasa oleh China tidak diraih semudah membalikkan telapak tangan. Akademi yang sekarang memperkerjakan 22.000 karyawan, 10.000 teknisi senior dan 23 akademisi itu, sudah didirikan sejak tahun 1957.

Direktur Indosat, Fadzri Sentosa mengatakan dipilihnya CALT sebagai peluncur satelit PALAPA-D dikarenakan rekam jejak akademi ini dalam mengantarkan satelit sangatlah baik.

"Karena track record, dari semua satelit yang pernah mereka luncurkan sukses 100 persen, tidak ada yang gagal. Jadi bukan karena harga (lebih murah), harga rata-rata nggak beda jauh," kata Fadzri saat mengunjungi CALT, Beijing, China, Minggu (30/8/2009). Selama ini, CALT telah sukses meluncurkan total 52 satelit.

Peluncuran PALAPA akan dilakukan Senin (31/8/2009) pada sore hari di Xichang, China. Jika berhasil, sore itu akan menjadi hari bersejarah bagi Indonesia karena satelit itu akan menjadi satelit pertama milik perusahaan operator jasa telekomunikasi di Indonesia.

Tidak hanya China yang digandeng, Indosat juga menunjuk perusahaan Prancis, Thales Alenia Space France, sebagai pembuat satelit PALAPA-D. Dengan demikian, peluncurnya buatan China, dan satelitnya buatan Prancis. Kapan teknologi Indonesia bisa sampai ke ruang angkasa?

Komisaris Indosat yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perindustrian, Rachmat Gobel mengatakan, dalam waktu dekat, sulit bagi Indonesia menyamai China dalam teknologi pada umumnya dan penjelajahan ruang angkasa pada khususnya. Hal ini karena tidak diubahnya paradigma industri teknologi di Indonesia.

Menurut Gobel, yang pertama harus dilakukan untuk memajukan industri teknologi adalah tersedianya industri komponen. Dengan tersedianya komponen di dalam negeri, kata Gobel, industri teknologi di Indonesia tidak akan mudah goyang jika mengalami badai krisis. Menguasai komponen adalah nyawa industri teknologi.

"Di Industri itu nggak ada yang namanya jangka pendek, yang ada jangka panjang," kata Gobel.

Gobel menambahkan, kemajuan teknologi sebuah negara juga tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pada hal yang lebih luas, yakni kebanggaan yang akan tumbuh menjadi sebuah rasa nasionalisme.

"Makanya kalau bicara nasionalisme, jangan bicara nasionalisme yang sempit," tutur pengusaha di bidang ektronik ini.

Jadi, kapan kira-kira teknologi Indonesia akan maju dan membuahkan hasil secara ekonomi dan menumbuhkan nasionalisme? Nampaknya Indonesia harus belajar banyak dari China. Belajar sampai ke negeri nenek moyangnya sendiri, China.
(lrn/anw)

Detik.com

Monday, September 28, 2009

Peluncuran Satelit Palapa D

Peluncuran Satelit PALAPA-D dipersembahkan Indosat bagi bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia, sebagai wujud dan semangat menyatukan cinta kepada negeri melalui teknologi dan layanan telekomunikasi satelit. Keberadaan satelit itu juga ia harapkan akan menjamin keterhubungan antar wilayah di seluruh Indonesia dan menghubungkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.

Satelit PALAPA-D diproduksi oleh Thales Alenia Space France (TAS-F) yang ditunjuk oleh Indosat sebagai mitra pengadaan. Dengan menggunakan platform Thales Alenia Space Spacebus 4000B3, Satelit PALAPA-D digaransi akan beroperasi selama 15 tahun dan memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan PALAPA-C2, yaitu 40 transponder yang terdiri dari 24 standar C-band, 11 extended C-Band serta 5 Ku-band, dengan jangkauan mencakup Indonesia, negara-negara ASEAN, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Australia. Saat diluncurkan satelit PALAPA-D memiliki berat 4100 kg dan tenaga payload sebesar 6 kW.

"Satelit PALAPA-D ini juga merupakan wujud komitmen kami dalam memberikan pelayanan terbaik dan berkesinambungan bagi pelanggan pengguna layanan satelit. Seperti halnya Satelit PALAPA-C2, Satelit PALAPA-D juga akan kami manfaatkan sebagai backbone untuk mendukung layanan Indosat lainnya seperti seluler, telepon tetap dan data tetap," kata Harry Sasongko.

Layanan dari Satelit PALAPA-D yang disediakan Indosat antara lain adalah Transponder Lease untuk layanan broadcasting dan cellular backhaul sebagai basic service, VSAT service, DigiBouquet dan Telecast Service sebagai nilai tambah yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan korporasi dalam komunikasi data dan broadcasting. Layanan satelit itu juga melengkapi dan memberikan nilai tambah dari layanan jaringan terestrial dan komunikasi voice dan data yang telah dijalankan Indosat selama ini.

Di samping itu, Indosat juga mengembangkan layanan data dan Internet Broadband via Satellite yang mampu menjangkau semua wilayah bahkan yang tidak tercakup jaringan terestrial.
Segmen pelanggan yang memanfaatkan layanan itu antara lain broadcaster televisi/radio baik lokal, nasional dan internasional, penyedia jasa VSAT lainnya, ISP, dan korporasi sebagai pengguna langsung, serta Indosat Grup sendiri (seluler, fixed telecommunication, dan anak perusahaan).


Detik.com

Satelit Palapa D

Jakarta and Cannes, June 29, 2007 - PT Indosat Tbk, today appointed Thales Alenia Space to build and launch the Palapa-D satellite. Palapa-D, which launch is expected during second half 2009, will replace Palapa-C2 satellite which will expired in 2011 placed in slot 113ยบ BT. Based on Thales Alenia Space Spacebus 4000B3 platform, Palapa-D satellite will have larger capacity compared to Palapa-C2 satellite of which it has 24 standard C-band, 11 extended C-Band and 5 Ku-band transponders, with coverage of Indonesia, ASEAN countries, Asian countries, Middle East and Australia. Palapa-D satellite will have a launch mass of 4.1 tons, a payload power of 6 kW and service life time of 15 years.






“The launch of Palapa-D satellite strongly shows our commitment to Indonesian telecommunication industry to provide the best and continuation services to customers who use our satellite service including TV broadcasters, VSAT providers and other corporate customers. Likewise to Palapa-C2 satellite, we will use Palapa-D satellite as the backbone to support other Indosat services, such as cellular, fixed voice telecommunications and fixed data services”, said Johnny Swandi Sjam, President Director of PT Indosat.

Indosat appointed Thales Alenia Space to build and launch Palapa-D satellite through a tender process in which Indosat invited several potential experienced manufacturers from domestic and international. Indosat based the appointment of Thales Alenia Space on its capability to meet Indosat’s requirements and its ability to provide competitive and comprehensive communications solutions. Indosat and Thales Alenia Space have jointly selected Long March 3B as the launch vehicle for the Palapa-D satellite.

Pascale Sourisse, President and CEO of Thales Alenia Space, added, “We are delighted to have been selected by INDOSAT for the construction and launch of Palapa-D. We have been involved from the early stages of the procurement process to define and offer Indosat an attractive technical and business proposal. I am very pleased that Indosat acknowledged our dedication and would like to assure them of our full commitment to the successful completion of this program.”

“The cost of building and launching Palapa-D project is between US$200 - US$300 million. Indosat will finance this Palapa-D satellite with company’s internal and external resources”, added Johnny. The cost covers the development of the satellite, the launching cost, the launching insurance cost, Augmentation of Master Control Station and training for Indosat staffs.

“Today signing event, which was attended by the Minister of Communications and Informatics, members of the house of representatives and members of the Indonesian Telecommunications Regulatory Body, is the cornerstone for Indosat in the operation of satellite considering that Indosat started its businesses 40 years ago as the international telecommunication service provider with the use of satellite technology and also Indosat has operated Palapa-C2 Satellite since 1996”, added Johnny.

About Indosat
Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunications or fixed voice service (IDD service such as IDD 001, IDD 008 and FlatCall 01016 and fixed wireless access such as StarOne and I-Phone). Indosat also provides fixed data (MIDI) services through Indosat and its subsidiary companies, Indosat Mega Media (IM2) and Lintasarta and also provides satellite services. In addition, Indosat provides 3.5 G cellular service with HSDPA technology. Indosat’s shares are listed in the Jakarta and Surabaya Stock Exchange (JSX:ISAT) and its American Depository Shares are listed in the New York Stock Exchange (NYSE:IIT).

About Thales Alenia Space

European leader in satellite systems and at the forefront of orbital infrastructures, Thales Alenia Space is a joint venture between Thales (67%) and Finmeccanica (33%). Together with Telespazio, Thales Alenia Space forms the “Space Alliance” between the two groups. The company is a worldwide reference in telecoms, radar and optical Earth observation, defense and security, navigation and science. With 7200 employees and 11 industrial sites, Thales Alenia Space is located in France, Italy, Spain and Belgium.

Source: Thales Alenia Space
Picture provided and copyrighted by Thales Alenia Space


Keunggulan Palapa D

Palapa D, diluncurkan dengan misi melanjutkan Palapa C2, dengan beberapa keunggulan yang disiapkan untuk menghadapai Era Global,

1. Kapasitas Transponder yang lebih besar, dimana 80% kapasitas Transponder untuk melanjutkan tugas Palapa C2 dan 20 % kapasitas baru siap menghadapi perkembangan Telekomunikasi Era Global.
2. Kapasitas Power juga lebih besar. permasalahan pada daerah daerah di pinggir area Cakupan (Coverage) yang merupakan jarak terjauh dari satellite yang membutuhkan antenna yang lebih besar untuk mendapatkan gain yang cukup, hal ini dapat eratasi.
3. Wilayah cakupan (Coverage) yang lebih luas didukung dengan power yang lebih besar, membuat Palapa-D siap menghadapi Era Global terbukanya pasar di luar Negeri.

Dari sisi technologi pembuatan Satellite Palapa D, tidak banyak perubahan dibanding dengan Palapa C2, namun disisi technologi aplikasinya terus dikembangkan. Transponder Ku-Band yang sebelumnya tidak laku di daerah tropis, saat ini malah banyak diminati dan menjadi solusi kebutuhan transmisi portable saat ini,

Permasalahan untama yang membuat Telekomunikasi Satellite menjadi kurang fleksible yang disebabkan ukuran Antenna yang cukup besar dan membutuhkan tempat terbuka yang khusus untuk menempatkan antenna, dengan menggunakan Ku-Band yang memiliki gelombang micro yang lebih pendek dibanding gelombang mikro pada C-Band menjadi jawabannya dimana semakin pendek gelombang semakin kecil ukuran antenna yang dibutuhkan.
Sehingga TV Broadcast misalnya yang kita kenal dengan DVB (Direct Video Broadcast) atau di Amerika dikenal dengan DTH (Direct To Home) cukup menggunakan Antenna Portable yang lebih kecil dari 60 cm yang bisa diletakkan dimana saja diatas atap ataupun dihalaman terbuka, bandingkan dengan ukuran Antenna 1,8 meter minimal jika menggunakan C-Band, selain bentuknya yang kaku butuh tempat minimal 4m2 yang kokoh untuk menopang Antenna dan Strukturnya.

Permasalahan kedua adalah BW, yang dijembatani dengan adanya technologi compresi pada perangkat trasmisi digital. Misalnya TV Broad Cast saat ini menggunakan MPEG-2 Standar DVD dengan laju data sebesar 2Mbps (2juta bit per detik) hanya membutuhkan Band Width (lebar pita) transponder sekitar 1,2 Mhz (dari 36 Mhz BW satu Transponder) dibanding Technologi sebelumnya MPEG-1 Standard dengan laju data lebih dari 8Mbps yang menbutuhkan BW tidak kurang dari 6 Mhz.
Technologi TV Broadcast terus berkembang, dalam waktu dekat para broad caster akan menggunakan MPEG-4 rev.10 dengan Advance Video Coding (AVC) dengan Efisiensi laju data hingga 1/4 kali MPEG2 artinya kapasitas meningkat hingga 4 kali lipat, angka yang cukup significan namun tetap kita dapat menikmati gambar dengan kualitas standard DVD.
Untuk kualitas yang lebih tinggi MPEG-2 HDTV membutuhkan BW sebesar 20 Mhz, sementara dengan MPEG-4 HDTV hanya membutuhkan sekitar 7 Mhz.

Dengan Ku-Band juga memungkinkan memberikan Video/Data Broadcast pada layanan 3.G dan HSDPA di area remote yang susah dijangkau infra struktur lain.

Jadi sejalan dengan program pemerintah agar go to Digital TV, dalam hal ini TV Broadcaster akan memiliki atau menggunakan puluhan channel siaran misalnya TVRI Sport, TVRI News, TVRI Bisnis dll. sementara Customer mendapatkan chanal program pilihannya misal Sport, News, Cartun atau Movie sesuai dengan service yang mereka bayar. Disisi lain dengan Era Global para broadcaster bisa jual program channel-nya tidak hanya di Indonesia tetapi juga direct ke seluruh wilayah cakupan Satellite Palapa-D why not.... inilah salah satu alasan mengapa Palapa didesain dengan cakupan yang lebih luas, mencakup hingga kawasan timur tengah hingga Jepang dan Australia.

demikian


Written By : Naharuddin Masud

Saturday, August 8, 2009

Setting Mikrotik Wireless Bridge

Sering kali, kita ingin menggunakan Mikrotik Wireless untuk solusi point to point dengan mode jaringan bridge (bukan routing). Namun, Mikrotik RouterOS sendiri didesain bekerja dengan sangat baik pada mode routing. Kita perlu melakukan beberapa hal supaya link wireless kita bisa bekerja untuk mode bridge.
Mode bridge memungkinkan network yang satu tergabung dengan network di sisi satunya secara transparan, tanpa perlu melalui routing, sehingga mesin yang ada di network yang satu bisa memiliki IP Address yang berada dalam 1 subnet yang sama dengan sisi lainnya.

Namun, jika jaringan wireless kita sudah cukup besar, mode bridge ini akan membuat traffic wireless meningkat, mengingat akan ada banyak traffic broadcast dari network yang satu ke network lainnya. Untuk jaringan yang sudah cukup besar, saya menyarankan penggunaan mode routing.


Berikut ini adalah diagram network yang akan kita set.


Konfigurasi Pada Access Point
1. Buatlah sebuah interface bridge yang baru, berilah nama bridge1

2. Masukkan ethernet ke dalam interface bridge

3. Masukkan IP Address pada interface bridge1



4. Selanjutnya adalah setting wireless interface. Kliklah pada menu Wireless (1), pilihlah tab interface (2) lalu double click pada nama interface wireless yang akan digunakan (3). Pilihlah mode AP-bridge (4), tentukanlah ssid (5), band 2.4GHz-B/G (6), dan frekuensi yang akan digunakan (7). Jangan lupa mengaktifkan default authenticated (8) dan default forward (9). Lalu aktifkankanlah interface wireless (10) dan klik OK (11).

5. Berikutnya adalah konfigurasi WDS pada wireless interface yang digunakan. Bukalah kembali konfigurasi wireless seperti langkah di atas, pilihlah tab WDS (1). Tentukanlah WDS Mode dynamic (2) dan pilihlah bridge interface untuk WDS ini (3). Lalu tekan tombol OK.



6. Langkah selanjutnya adalah menambahkan virtual interface WDS. Tambahkan interface WDS baru seperti pada gambar, lalu pilihlah interface wireless yang kita gunakan untuk WDS ini. Lalu tekan OK.




7. Jika WDS telah ditambahkan, maka akan tampak interface WDS baru seperti pada gambar di bawah.




Konfigurasi pada Wireless Station
Konfigurasi pada wireless station hampir sama dengan langkah-langkah di atas, kecuali pada langkah memasukkan IP Address dan konfigurasi wirelessnya. Pada konfigurasi station, mode yang digunakan adalah station-wds, frekuensi tidak perlu ditentukan, namun harus menentukan scan-list di mana frekuensi pada access point masuk dalam scan list ini. Misalnya pada access point kita menentukan frekuensi 2412, maka tuliskanlah scan-list 2400-2500.








Pengecekan link

Jika link wireless yang kita buat sudah bekerja dengan baik, maka pada menu wireless, akan muncul status R (lihat gambar di bawah).









Selain itu, mac-address dari wireless yang terkoneksi juga bisa dilihat pada jendela registration (lihat gambar di atas).

Konfigurasi keamanan jaringan wireless
Pada Mikrotik, cara paling mudah untuk menjaga keamanan jaringan adalah dengan mendaftarkan mac-address wireless pasangan pada access list. Hal ini harus dilakukan pada sisi access point maupun pada sisi client. Jika penginputan access-list telah dilakukan, maka matikanlah fitur default authenticated pada wireless, maka wireless lain yang mac addressnya tidak terdaftar tidak akan bisa terkoneksi ke jaringan kita.
Jika kita menginginkan fitur keamanan yang lebih baik, kita juga bisa menggunakan enkripsi baik WEP maupun WPA.

Tuesday, April 21, 2009

Indonesia Perlu Investasi Broadband US$ 2 Miliar

Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Jika pemerintah Indonesia ingin mempercepat akses broadband diperlukan keseriusan dalam menanamkan investasi. Pemerintah di negara lain, misalnya, berani menanamkan dana US$ 2 miliar setiap tahunnya untuk mengembangkan akses jaringan pita lebar tersebut.

"Di negara lain pemerintahnya berani investasi sebesar itu. Sebab, pemerintahnya sadar broadband bisa meningkatkan pendapatan kotor satu negara," jelas praktisi sepuh telekomunikasi Koesmarihati Koesnowarso, di sela acara 2nd Indonesian Broadband Summit, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (21/4/2009)

Penetrasi akses internet broadband di Indonesia diperkirakan baru mencapai 1% dari populasi penduduk 220 juta jiwa. Jaringan broadband yang digunakan adalah Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) untuk saluran kabel dan High Speed Downlink Packet Access (HDSPA) untuk nirkabel seluler.

Layanan ADSL di Indonesia memiliki satu juta pelanggan, sementara HSDPA sekitar 10 juta pelanggan. Head of Nokia Siemens Network Indonesia Arjun Trivedi memperkirakan baru pada 2012 tingkat penetrasi dari teknologi tersebut akan mencapai 20% dari populasi penduduk.

Sementara, Staf ahli Menkominfo Suhono Harso Supangkat mengatakan, untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur broadband, pemerintah telah menyediakan dua jalan keluar yakni mempercepat pembangunan Palapa Ring dan segera menggelar tender Broadband Wireless Access (BWA).

"Prakualifikasi tender BWA akan segera dibuka setelah kita mengumumkan memorandum informasi tender tadi malam. Awal minggu depan akan ketahuan siapa saja peminatnya," ujarnya.

Pemerintah telah membagi 100 MHz frekuensi di spektrum 2,3 GHz bagi 15 zona di seluruh Indonesia, dimana 75 MHz untuk nomadic (area terbatas) dan mobile (lintas area). Dari 75 MHz yang akan ditender pertengahan Juni mendatang, masing-masing peserta tender dibolehkan untuk menawar maksimal 30 MHz dan minimal 15 MHz di setiap blok wilayah. Satu wilayah akan diisi untuk tiga operator.
( rou / faw )

Harga Frekuensi BWA Harus Pro Rakyat

Achmad Rouzni Noor II – detikinet

Jakarta - Pemerintah dalam menentukan harga frekuensi broadband wireless access (BWA) sedang menunggu hasil konsultasi dengan departemen keuangan. Namun harga lisensi dipastikan tak akan mahal demi internet yang lebih murah.

"Penetapan harga BWA harus tidak merugikan negara, tetapi juga tidak memberatkan industri. Ini yang harus dicari jalan tengahnya agar harga tetap pro rakyat," jelas Staf Ahli Menkominfo, Suhono Harso Supangkat, di sela 2nd Indonesian Broadband Summit, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (21/4/2009).

Pemerintah telah membagi 100 MHz frekuensi di spektrum 2,3 GHz bagi 15 zona di seluruh Indonesia, dimana 75 MHz untuk BWA nomadic (area terbatas) dan BWA mobile (lintas area). Dari 75 MHz yang akan ditender pertengahan Juni mendatang, masing masing peserta tender dibolehkan untuk menawar maksimal 30 MHz dan minimal 15 MHz di setiap blok wilayah.

"Setiap wilayah yang akan diisi oleh tiga operator akan bervariasi harganya. Tergantung tingkat kepadatan trafik dan potensi calon pelanggan di tiap wilayah tersebut,"lanjut Suhono yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Tender BWA.

Sebelumnya, kalangan industri mengkhawatirkan pemerintah akan menetapkan harga frekuensi BWA setara dengan 3G atau mencapai Rp 160 miliar. Namun Dirjen Postel Depkominfo, Basuki Yusuf Iskandar menegaskan, harga frekuensi BWA akan lebih murah dari 3G.

Mungkin saja yang dikatakan Basuki benar, mengingat BWA dianggap masuk kategori jaringan tetap lokal area terbatas seperti FWA (fixed wireless access). Sementara 3G layaknya lisensi seluler bergerak. Beda biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi antara FWA dan seluler ialah 1:8. Artinya, bisa saja frekuensi BWA lebih murah seperdelapan dibanding 3G.

Secara terpisah, Kepala Pusat Informasi Depkominfo Gatot S Dewo Broto menegaskan, harga frekuensi BWA belum ditentukan mengingat harga dasar dari peserta belum masuk. "Harga dasar diambil dari penawaran peserta. Setelah itu ditentukan benchmark (tolok ukur)-nya. Sebaiknya jangan berandai-andai dulu soal harga BWA lebih murah atau lebih mahal dari 3G," tegasnya.

Sekjen Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setyadi memperkirakan ada 45 kemungkinan variasi harga yang diterapkan, mulai dari yang paling mahal sampai terendah, mengingat dari 15 wilayah akan ditetapkan tiga operator sebagai pemenang tender. "Itu berdasarkan hitung-hitungan saya pribadi saja," tegasnya.

Ekosistem Broadband


Mas Wigrantoro juga berpendapat, harga frekuensi BWA yang wajar menjadi syarat utama terciptanya ekosistem bagi industri broadband yang nantinya bisa ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Harga yang wajar, lanjut dia, bisa menggunakan dua pendekatan, yakni jangka pendek dengan menentukan harga besar pada awal atau harga rendah sambil berharap ekosistem terbangun. "Sekarang tergantung pilihan dari pemerintah mau jalan pintas atau panjang. Semuanya ada risikonya," Mas Wig mengingatkan.

Head of Nokia Siemens Network Indonesia Arjun Trivedi mengatakan, untuk membangun teknologi broadband yang dibutuhkan adalah ekosistem yang mendukung, regulasi yang ramah industri, teknologi yang bisa diaplikasikan, dan diterima pelanggan. "Masalah harga itu bagian dari membangun ekosistem," tandasnya.
( rou / faw )

Data Center Tidak Boleh Terlalu Dingin

Data center memang harus selalu berada dalam keadaan dingin. Namun temperatur untuk data center sebenarnya tidak boleh juga terlalu dingin. Sebab, malah akan merusak perangkat TI tersebut.

Data center dengan temperatur yang terlalu rendah, sepertinya halnya bila temperatur terlalu tinggi, atau temperatur yang kerap berubah-ubah, dapat merusak data processing, menyebabkan sistem shut down untuk menghindari kerusakan hardware, atau kerusakan komponen dari sistem yang tidak sempat dimatikan dengan cara yang seharusnya.

"Data center yang terlalu dingin merupakan pemborosan biaya dan energi, menghambat ekpansi TI serta perlindungan terhadap perangkat TI menjadi kurang memadai," kata Hak Lim Chng, Direktur Data Center Solutions, Software & Services Schneider Electric untuk ASEAN.

"Cara yang tepat perlu diterapkan untuk mendapatkan temperatur yang semestinya," tambahnya. Adapun suhu yang memadai untuk perangkat TI adalah di antara 68°F dan 77°F (20-25°C), dengan kadar kelembapan relatif 40-55%.

Berikut adalah penyebab kenapa Data center menjadi terlalu dingin menurut APC, yang dikutipdetikINET, Selasa (7/4/2009):

  1. Pendekatan penerapan sistem pendingin dengan cara yang lama
  2. Pendingin tipe in-room tidak mampu menjangkau titik-titik panas secara efektif, dibandingkan dengan pendingin tipe in-row yang tidak hanya menyedot udara panas, tapi juga mensirkulasikannya kembali.
  3. Perimeter pendingin dibuat untuk menghadapi beban kerja tertinggi dari perangkat TI, tanpa adanya pengaturan di saat beban di titik terendah atau medium.
  4. Pengaturan peralatan TI yang tidak baik akan membuat sistem pendingin memproduksi dan memindahkan udara lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh peralatan TI itu sendiri
  5. Pengaturan aliran udara yang buruk, seperti jalur aliran udara yang terlalu panjang, mengakibatkan kegagalan menahan temperatur udara tetap dingin sampai ke perangkat TI, serta membiarkan udara panas bersirkulasi dan bukannya dibuang

4 Kiat Percepat Thumbnail Superbar Windows 7

Sudah cukup banyak user yang menjajal Windows 7. Meski baru versi beta, fitur baru pada sistem operasi teranyar Microsoft ini pun seakan mampu 'menyihir' pengguna XP dan Vista untuk berpaling ke Windows 7

Salah satu fitur terbarunya adalah Superbar, yaitu taskbar pada Windows 7 yang hanya menampilkan icon pada daftar programnya sehingga lebih menghemat tempat.

Windows 7 Anda akan nampak lebih indah jika memaksimalkan efek aero glass, dengan cara mempercepat thumbnail preview. Thumbnail previews adalah jendela kecil yang muncul ketika anda menunjuk sebuah Tab pada Superbar. Ada kesan fade yang indah ketika menggeser antara satu tab dengan tab yang lain.

Beberapa orang mungkin senang dengan delay effect yang dimiliki Superbar saat berpindah tab. Namun beberapa orang merasa kurang sreg pada efek tersebut. Pasalnya, efek tersebut terkesan lamban.

Nah, jika ingin mempercepat thumbnail preview pada Windows 7 simak 4 langkah singkat yang telah dijajal detikINET:

1. Klik dan ketik regedit pada search bar

2. Masuk ke kolom di sebelah kiri pada registry editor dan pilih HKEY_CURRENT_USER\Control Panel\Mouse

3. Cari MouseHoverTime dan lakukan double klik atau klik kanan untuk mengubah nilainya antara 400 sampai 100. Semakin lambat nilainya maka semakin cepat previewnya.

4. Klik ok dan tutup tampilan regedit.

Sekarang dengan menggeser Tab pada Superbar, Anda akan mendapatkan efek perpindahan yang cepat. Selamat menikmati.

Sunday, April 5, 2009

Jangan Paksakan Tender WiMax!


Bandung - Jika industri nasional tidak mampu siapkan customer premises equipment (CPE) minimal 1 juta unit, tender Wimax lebih baik ditunda. Pasalnya kebutuhan masyarakat akan internet sangat besar, karenanya Depkominfo tidak perlu memaksakan pelaksanaan tender WiMax.

Demikian dikatakan oleh Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana kepada
detikINET saat ditemui di Hotel Savoy Homman, Minggu (5/4/2009).
Menurutnya, dibutuhkan minimal 1 juta CPE dan sekitar 10-20 ribu perangkat jaringan (Base Subscriber/BS).

"Regulasi tidak masalah. Namun kala perangkat CPE tidak siap benar, ini bisa menjadi
bad issue. Minimal diperlukan 1 juta CPE dan sekitar 10-20 ribu BS," paparnya.

Menurutnya, lima produsen WiMax dalam negeri yang ada saat ini, lebih konsentrasi mengembangkan BS ketimbang membuat CPE. Padahal, survey yang dilakukan Sharing Vision pada Januari 2009 menunjukkan pula 91 persen dari 100 responden ingin CPE WiMax gratis dari operator.

"Produsen yang sudah mengembangkan CPE pun menawarkan harga ritel di atas US$ 300 per unit. Terlalu mahal. Padahal kebutuhan akan layanan broadband nirkabel
lagi tinggi-tingginya," kata Dosen Teknik Elektro ITB ini.

Sharing Vision, imbuhnya, mencatat pengguna eksisting internet kecepatan tinggi nirkabel di Indonesia berkisar 6 juta orang. Dengan melihat situasi itu, lanjut
Dimitri, maka diperlukan CPE dalam jumlah banyak dari produsen dalam negeri.

"Hal ini agar misi pemberdayaan industri nasional yang diinginkan pemerintah selama ini akan tercapai. Kalau tender dipaksakan segera, saya khawatir timbul banyak masalah di kemudian hari. Misalnya operator pemenang bisa dituntut karena tidak mematuhi kewajiban konten lokal yang digariskan dalam Permen dan dokumentender WiMax," terangnya.

Pelaksanaan tender secara terburu-buru juga akan menciptakan preseden buruk bagi industri lokal. Dikhawatirkan industri lokal tidak banyak terlibat dalam layanan
telekomunikasi mutakhir. Hal ini bisa menyurutkan rasa percaya diri industri lokal. Padahal maksud awalnya, pemerintah ingin melindungi dan mengangkat industri lokal.

"Karena itu, sekalipun dokumen tender harus diumumkan pada 19 April ini atau tiga bulan setelah keluar Permen Wimax, kami meminta Depkominfo terlebih dulu
menginformasikan dengan jujur kesiapan produksi CPE industri lokal ini. Jangan sampai belum siap, tapi sudah dipaksakan," pungkasnya.

( afz / faw )