Sunday, August 29, 2010

Kemhub Ganti Radar Baru Bandara Soekarno-Hatta Senilai Rp 900 M

Jakarta - Sistem radar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta mati disebabkan fasilitas itu sudah terlalu tua. Direktorat Perhubungan Udara (Hubud) Kementerian Perhubungan segera mengganti dengan sistem radar yang baru.

"Sistem yang ada saat ini sudah terlalu tua, walaupun kita sudah rawat dengan sebaik mungkin. Kita sedang dalam rencana untuk mengganti dengan yang baru. Sistem radar otomatis ini harganya mencapai Rp 700-900 miliar," ujar Dirjen Hubud Herry Bakti saat berbincang dengan detikcom, Minggu (29/8/2010) pukul 20.30 WIB.

Herry menjelaskan, Indonesia saat ini memiliki dua sistem radar otomatis yakni di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar.

"Kalau bandara di Makassar itu baru diresmikan sekitar dua tahun lalu, tapi kalau untuk Soekarno-Hatta itu sudah 14 tahun lebih belum diganti," tambahnya.

Saat ini Direktorat Hubud tengah mengusahakan untuk mendapatkan kredit lunak untuk sistem radar baru tersebut dari provider pembuat. Diperkirakan sistem radar yang baru tersebut baru bisa dioperasikan di Bandara Soekarno-Hatta pada tahun depan.

"Itu bukan seperti alat, beli langsung dipasang. Itu sebuah sistem yang memerlukan penyesuaian infrastruktur. Jadi kalau sistem radarnya diganti pasti ada penyesuaian infrastruktur di bandara," terang Herry.

Radar di Bandara Soekarno-Hatta yang mati tadi sudah bisa teratasi. "Cuma mati sekitar setengah jam, dan kita juga sudah back up dengan radar cadangan termasuk dengan panduan manual dengan menggunakan radio komunikasi," imbuhnya.

(her/nrl)

Hery Winarno - detikNews

Thursday, August 19, 2010

Polteknik Telkom Jaga Perbatasan Negara Lewat Situs

Jakarta - Prihatin dengan kondisi pulau-pulau terluar Indonesia, Politeknik Telkom akan membuat situs pulau-pulau tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga pulau tersebut dari klaim negara tetangga.

"Ya minimal kita jagain itu pulau-pulau terluar di Indonesia dengan membuat situsnya. Sehingga dunia tahu kalau pulau tersebut itu milik kita. Milik Indonesia," ujar Nina Kurnia Hikmawati, Marketing and Cooperation Manager Politeknik Telkom saat berbincang dengan detikINET, Jumat (20/8/2010).

Menurutnya, saat ini banyak yang tidak mengetahui keberadaan pulau-pulau terluar yang menjadi perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Bahkan, sambung wanita ayu ini, saat dicari di mesin pencari pun sangat terbatas informasinya.

"Contohnya Sebatik. Pulau yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia saja, orang lebih mengenalnya pulau tersebut milik Malaysia. Padahal pulau tersebut separuhnya juga milik Indonesia," jelasnya.

Nina berharap dengan adanya situs-situs tersebut nantinya akan menggugah kesadaran serta kepedulian dari masyarakat Indonesia akan pentingnya keberadaan pulau-pulau atau wilayah-wilayah perbatasan tersebut.

"Setidaknya kita menjaga pulau-pulau tersebut di dunia maya agar tidak diklaim negara lain," tegasnya.

Sebagai pilot project, situs sebatikindonesia.com awal bulan lalu diluncurkan. Situs yang dibuat oleh dua mahasiswa yang kampusnya beralamat di Jalan Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung ini tidak hanya menampilkan informasi tentang pulau tersebut. Tapi juga konten elearning disisipkan.

"Nanti akan ditambahkan dengan konten pelayanan kesehatan dan pemerintahan. Ditambah dengan konten elearning untuk pendidikan masyarakat setempat," jelasnya.

Disinggung mengenai terbatasnya infrastruktur di wilayah-wilayah perbatasan, Nina mengaku pihaknya hanya membuatkan situs serta aplikasinya. Sedangkan untuk infrastruktur jaringan internet, hal tersebut disokong oleh Telkom.

"Kita didukung oleh Telkom. Jadi infrastruktur dan web hosting disediakan oleh Telkom. Kita yang buat dan nantinya kita akan training masyarakat atau pemda setempat agar mereka bisa mengelola situs yang telah kita buat," tukasnya.

Sebelumnya awal Agustus lalu, Telkom membangun desa cyber dengan jaringan full access broadband di Sebatik. Kampung tersebut berbatasan langsung dengan Malaysia.

Andrian Fauzi - detikinet

ABG Ini Raup Rp 10 Miliar, Punya 8 Staf

KOMPAS.com — Internet membawa berkah besar bagi Christian Owens, anak baru gede (ABG) dari Corby, Northamptonshire, Inggris, ini. Ketika bisnisnya baru berjalan setahun, dan usianya baru 15 tahun, dia sudah mampu meraup uang jutaan poundsterling.

Saya tidak tahu akan di mana dalam 10 tahun mendatang, tetapi saya tidak akan meninggalkan "Branchr" sampai menembus pendapatan 100 juta pounsterling.

Tapi dia masih bersumpah, "Saya tak akan berhenti sampai dapat 100 juta poundsterling (sekitar Rp 1,4 triliun)." Kini, masih dalam usia 16 tahun itu, dia bahkan sudah punya delapan staf.

Semuanya justru orang dewasa. Owens memimpin mereka dari kantornya yang kecil, sebetulnya sebuah kamar di rumah orangtuanya.

Usaha macam apa yang membuat pelajar ini jadi juragan besar di usia muda?

Pada 2008, ketika usianya baru 14 tahun, Owens memakai uang sakunya untuk bikin website Mac Box Bundle dan hingga kini sudah meraup hampir Rp 10 miliar. Situs Mac Box Bundle menjual kombinasi aplikasi populer Mac.

Setahun kemudian, Owens mendirikan Branchr, website untuk melayani jasa iklan pay-per-click, dan mengelolanya hanya sepulang sekolah serta di akhir pekan.

Branchr pun ngetop dengan meraup 500.000 poundsterling (sekitar Rp 7 miliar) di tahun pertama. Kini, situs taruhan William Hill malah menjadi salah satu kliennya. Owens tentu terlalu muda untuk melayani bisnis taruhan seperti itu.

Situs besar lainnya yang diuntungkan oleh perusahaannya adalah MySpace, media jejaring sosial.

Branchr kini menjual lebih dari 250 juta iklan ke 11.000 website setiap bulan dan mengakuisisi perusahaan Atomplan yang melayani software untuk bisnis.

Untuk mengendalikan bisnis berpenghasilan besar itu, ia dibantu delapan karyawan dewasa yang tinggal di Inggris maupun Amerika Serikat, sebagai sales dan asisten teknis. Tahun depan, ia malah berencana membuka dua kantor baru untuk Branchs.

Owens kini masih tinggal bersama orangtuanya. Ayahnya bernama Julian (50) adalah pekerja sebuah pabrik. Ibunya, Alison (43), sekretaris satu perusahaan. Inspirasinya menekuni bisnis muncul setelah mengamati kesuksesan luar biasa yang dicapai bos Apple, Steve Jobs.

Owens menanamkan lagi mayoritas pendapatannya untuk kedua bisnisnya tadi, Mac Box Bundle dan Branchr. "Aku benar-benar ingin menciptakan sesuatu yang inovatif dan sederhana yang akan merevolusi cara kerja iklan," katanya.

"Mac Box Bundle sebetulnya sudah sukses, tapi saya benar-benar ingin mendorong diri sendiri dan melakukan sesuatu yang berbeda, jadi saya datang dengan ide Branchr."

Menurut bocah ini, sebetulnya tidak ada pula formula ajaib dalam bisnis, hanya perlu kerja keras, keteguhan, dan semangat untuk mengerjakan sesuatu yang hebat. "Tujuan saya adalah menjadi terkemuka dalam dunia internet dan periklanan mobile serta menekan saya sendiri untuk mencapai puncak permainan ini."

"Saya tidak tahu akan di mana dalam 10 tahun mendatang, tetapi saya tidak akan meninggalkan Branchr sampai menembus pendapatan 100 juta pounsterling."

Kesuksesannya sekarang pun tidak mengubah kehidupan pribadinya dan tetap saja hobi fotografi serta main gitar. Begitu juga relasinya dengan teman-temannya. Tak ada yang berubah.

Satu lagi hebatnya bocah ini, tentu saja berkat orangtuanya. Pada usia tujuh tahun, dia sudah dikenalkan dengan komputer dan belajar mendesain situs secara otodidak pada usia 10 tahun, ketika pertama kali mendapat komputer bikinan Mac.