Tuesday, September 29, 2009

Belajarlah Sampai ke Negeri China

Beijing - Belajarlah sampai ke negeri China. Mungkin ungkapan itu bukanlah suatu kebetulan jika kita melihat kondisi China dalam satu dekade tahun terakhir. Negara Tirai Bambu ini muncul sebagai raksasa ekonomi yang disegani dunia.

Layaknya sebuah proses belajar, proses menuju kejayaan China tidaklah diperoleh dengan sekejap mata. Kegagalan Revolusi Kebudayaan mungkin menjadi salah satu pengalaman pahit yang pernah dirasakan bangsa China. Diperkirakan 20 jutaan orang tewas dalam revolusi yang diprakarsai Mao Zedong tersebut.

Namun, pengalaman pahit itu justru menginspirasi Deng Xiaoping, bapak
modernisasi ekonomi China. Deng memutuskan China harus unggul dalam sains dan teknologi yang dapat direalisasikan lewat pendidikan. Seperti dicatat oleh Peter Navarro (Letupan-letupan Perang China Mendatang , 2008), secara akumulatif dalam kurun waktu 1978-2004, sebanyak 651.776 putra putri China lulus belajar di luar negeri, kendati yang yang kembali ke China untuk membangun negara hanya 144.975 (22,2 %).

Kesadaran akan pentingnya pendidikan (baca: belajar), juga telah mengantarkan China menjadi salah satu negara yang memiliki teknologi tinggi. Misalnya saja dalam peluncuran Satelit Indosat PALAPA-D, China menjadi 'pengantar' satelit milik perusahaan telekomunikasi di Indonesia itu, menuju ruang angkasa. Adalah roket-roket yang dihasilkan China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT), yang akan meluncur mengantarkan satelit itu sampai ke orbit yang diinginkan.

Penjelajahan ruang angkasa oleh China tidak diraih semudah membalikkan telapak tangan. Akademi yang sekarang memperkerjakan 22.000 karyawan, 10.000 teknisi senior dan 23 akademisi itu, sudah didirikan sejak tahun 1957.

Direktur Indosat, Fadzri Sentosa mengatakan dipilihnya CALT sebagai peluncur satelit PALAPA-D dikarenakan rekam jejak akademi ini dalam mengantarkan satelit sangatlah baik.

"Karena track record, dari semua satelit yang pernah mereka luncurkan sukses 100 persen, tidak ada yang gagal. Jadi bukan karena harga (lebih murah), harga rata-rata nggak beda jauh," kata Fadzri saat mengunjungi CALT, Beijing, China, Minggu (30/8/2009). Selama ini, CALT telah sukses meluncurkan total 52 satelit.

Peluncuran PALAPA akan dilakukan Senin (31/8/2009) pada sore hari di Xichang, China. Jika berhasil, sore itu akan menjadi hari bersejarah bagi Indonesia karena satelit itu akan menjadi satelit pertama milik perusahaan operator jasa telekomunikasi di Indonesia.

Tidak hanya China yang digandeng, Indosat juga menunjuk perusahaan Prancis, Thales Alenia Space France, sebagai pembuat satelit PALAPA-D. Dengan demikian, peluncurnya buatan China, dan satelitnya buatan Prancis. Kapan teknologi Indonesia bisa sampai ke ruang angkasa?

Komisaris Indosat yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perindustrian, Rachmat Gobel mengatakan, dalam waktu dekat, sulit bagi Indonesia menyamai China dalam teknologi pada umumnya dan penjelajahan ruang angkasa pada khususnya. Hal ini karena tidak diubahnya paradigma industri teknologi di Indonesia.

Menurut Gobel, yang pertama harus dilakukan untuk memajukan industri teknologi adalah tersedianya industri komponen. Dengan tersedianya komponen di dalam negeri, kata Gobel, industri teknologi di Indonesia tidak akan mudah goyang jika mengalami badai krisis. Menguasai komponen adalah nyawa industri teknologi.

"Di Industri itu nggak ada yang namanya jangka pendek, yang ada jangka panjang," kata Gobel.

Gobel menambahkan, kemajuan teknologi sebuah negara juga tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pada hal yang lebih luas, yakni kebanggaan yang akan tumbuh menjadi sebuah rasa nasionalisme.

"Makanya kalau bicara nasionalisme, jangan bicara nasionalisme yang sempit," tutur pengusaha di bidang ektronik ini.

Jadi, kapan kira-kira teknologi Indonesia akan maju dan membuahkan hasil secara ekonomi dan menumbuhkan nasionalisme? Nampaknya Indonesia harus belajar banyak dari China. Belajar sampai ke negeri nenek moyangnya sendiri, China.
(lrn/anw)

Detik.com

Monday, September 28, 2009

Peluncuran Satelit Palapa D

Peluncuran Satelit PALAPA-D dipersembahkan Indosat bagi bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia, sebagai wujud dan semangat menyatukan cinta kepada negeri melalui teknologi dan layanan telekomunikasi satelit. Keberadaan satelit itu juga ia harapkan akan menjamin keterhubungan antar wilayah di seluruh Indonesia dan menghubungkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.

Satelit PALAPA-D diproduksi oleh Thales Alenia Space France (TAS-F) yang ditunjuk oleh Indosat sebagai mitra pengadaan. Dengan menggunakan platform Thales Alenia Space Spacebus 4000B3, Satelit PALAPA-D digaransi akan beroperasi selama 15 tahun dan memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan PALAPA-C2, yaitu 40 transponder yang terdiri dari 24 standar C-band, 11 extended C-Band serta 5 Ku-band, dengan jangkauan mencakup Indonesia, negara-negara ASEAN, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Australia. Saat diluncurkan satelit PALAPA-D memiliki berat 4100 kg dan tenaga payload sebesar 6 kW.

"Satelit PALAPA-D ini juga merupakan wujud komitmen kami dalam memberikan pelayanan terbaik dan berkesinambungan bagi pelanggan pengguna layanan satelit. Seperti halnya Satelit PALAPA-C2, Satelit PALAPA-D juga akan kami manfaatkan sebagai backbone untuk mendukung layanan Indosat lainnya seperti seluler, telepon tetap dan data tetap," kata Harry Sasongko.

Layanan dari Satelit PALAPA-D yang disediakan Indosat antara lain adalah Transponder Lease untuk layanan broadcasting dan cellular backhaul sebagai basic service, VSAT service, DigiBouquet dan Telecast Service sebagai nilai tambah yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan korporasi dalam komunikasi data dan broadcasting. Layanan satelit itu juga melengkapi dan memberikan nilai tambah dari layanan jaringan terestrial dan komunikasi voice dan data yang telah dijalankan Indosat selama ini.

Di samping itu, Indosat juga mengembangkan layanan data dan Internet Broadband via Satellite yang mampu menjangkau semua wilayah bahkan yang tidak tercakup jaringan terestrial.
Segmen pelanggan yang memanfaatkan layanan itu antara lain broadcaster televisi/radio baik lokal, nasional dan internasional, penyedia jasa VSAT lainnya, ISP, dan korporasi sebagai pengguna langsung, serta Indosat Grup sendiri (seluler, fixed telecommunication, dan anak perusahaan).


Detik.com

Satelit Palapa D

Jakarta and Cannes, June 29, 2007 - PT Indosat Tbk, today appointed Thales Alenia Space to build and launch the Palapa-D satellite. Palapa-D, which launch is expected during second half 2009, will replace Palapa-C2 satellite which will expired in 2011 placed in slot 113ยบ BT. Based on Thales Alenia Space Spacebus 4000B3 platform, Palapa-D satellite will have larger capacity compared to Palapa-C2 satellite of which it has 24 standard C-band, 11 extended C-Band and 5 Ku-band transponders, with coverage of Indonesia, ASEAN countries, Asian countries, Middle East and Australia. Palapa-D satellite will have a launch mass of 4.1 tons, a payload power of 6 kW and service life time of 15 years.






“The launch of Palapa-D satellite strongly shows our commitment to Indonesian telecommunication industry to provide the best and continuation services to customers who use our satellite service including TV broadcasters, VSAT providers and other corporate customers. Likewise to Palapa-C2 satellite, we will use Palapa-D satellite as the backbone to support other Indosat services, such as cellular, fixed voice telecommunications and fixed data services”, said Johnny Swandi Sjam, President Director of PT Indosat.

Indosat appointed Thales Alenia Space to build and launch Palapa-D satellite through a tender process in which Indosat invited several potential experienced manufacturers from domestic and international. Indosat based the appointment of Thales Alenia Space on its capability to meet Indosat’s requirements and its ability to provide competitive and comprehensive communications solutions. Indosat and Thales Alenia Space have jointly selected Long March 3B as the launch vehicle for the Palapa-D satellite.

Pascale Sourisse, President and CEO of Thales Alenia Space, added, “We are delighted to have been selected by INDOSAT for the construction and launch of Palapa-D. We have been involved from the early stages of the procurement process to define and offer Indosat an attractive technical and business proposal. I am very pleased that Indosat acknowledged our dedication and would like to assure them of our full commitment to the successful completion of this program.”

“The cost of building and launching Palapa-D project is between US$200 - US$300 million. Indosat will finance this Palapa-D satellite with company’s internal and external resources”, added Johnny. The cost covers the development of the satellite, the launching cost, the launching insurance cost, Augmentation of Master Control Station and training for Indosat staffs.

“Today signing event, which was attended by the Minister of Communications and Informatics, members of the house of representatives and members of the Indonesian Telecommunications Regulatory Body, is the cornerstone for Indosat in the operation of satellite considering that Indosat started its businesses 40 years ago as the international telecommunication service provider with the use of satellite technology and also Indosat has operated Palapa-C2 Satellite since 1996”, added Johnny.

About Indosat
Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunications or fixed voice service (IDD service such as IDD 001, IDD 008 and FlatCall 01016 and fixed wireless access such as StarOne and I-Phone). Indosat also provides fixed data (MIDI) services through Indosat and its subsidiary companies, Indosat Mega Media (IM2) and Lintasarta and also provides satellite services. In addition, Indosat provides 3.5 G cellular service with HSDPA technology. Indosat’s shares are listed in the Jakarta and Surabaya Stock Exchange (JSX:ISAT) and its American Depository Shares are listed in the New York Stock Exchange (NYSE:IIT).

About Thales Alenia Space

European leader in satellite systems and at the forefront of orbital infrastructures, Thales Alenia Space is a joint venture between Thales (67%) and Finmeccanica (33%). Together with Telespazio, Thales Alenia Space forms the “Space Alliance” between the two groups. The company is a worldwide reference in telecoms, radar and optical Earth observation, defense and security, navigation and science. With 7200 employees and 11 industrial sites, Thales Alenia Space is located in France, Italy, Spain and Belgium.

Source: Thales Alenia Space
Picture provided and copyrighted by Thales Alenia Space


Keunggulan Palapa D

Palapa D, diluncurkan dengan misi melanjutkan Palapa C2, dengan beberapa keunggulan yang disiapkan untuk menghadapai Era Global,

1. Kapasitas Transponder yang lebih besar, dimana 80% kapasitas Transponder untuk melanjutkan tugas Palapa C2 dan 20 % kapasitas baru siap menghadapi perkembangan Telekomunikasi Era Global.
2. Kapasitas Power juga lebih besar. permasalahan pada daerah daerah di pinggir area Cakupan (Coverage) yang merupakan jarak terjauh dari satellite yang membutuhkan antenna yang lebih besar untuk mendapatkan gain yang cukup, hal ini dapat eratasi.
3. Wilayah cakupan (Coverage) yang lebih luas didukung dengan power yang lebih besar, membuat Palapa-D siap menghadapi Era Global terbukanya pasar di luar Negeri.

Dari sisi technologi pembuatan Satellite Palapa D, tidak banyak perubahan dibanding dengan Palapa C2, namun disisi technologi aplikasinya terus dikembangkan. Transponder Ku-Band yang sebelumnya tidak laku di daerah tropis, saat ini malah banyak diminati dan menjadi solusi kebutuhan transmisi portable saat ini,

Permasalahan untama yang membuat Telekomunikasi Satellite menjadi kurang fleksible yang disebabkan ukuran Antenna yang cukup besar dan membutuhkan tempat terbuka yang khusus untuk menempatkan antenna, dengan menggunakan Ku-Band yang memiliki gelombang micro yang lebih pendek dibanding gelombang mikro pada C-Band menjadi jawabannya dimana semakin pendek gelombang semakin kecil ukuran antenna yang dibutuhkan.
Sehingga TV Broadcast misalnya yang kita kenal dengan DVB (Direct Video Broadcast) atau di Amerika dikenal dengan DTH (Direct To Home) cukup menggunakan Antenna Portable yang lebih kecil dari 60 cm yang bisa diletakkan dimana saja diatas atap ataupun dihalaman terbuka, bandingkan dengan ukuran Antenna 1,8 meter minimal jika menggunakan C-Band, selain bentuknya yang kaku butuh tempat minimal 4m2 yang kokoh untuk menopang Antenna dan Strukturnya.

Permasalahan kedua adalah BW, yang dijembatani dengan adanya technologi compresi pada perangkat trasmisi digital. Misalnya TV Broad Cast saat ini menggunakan MPEG-2 Standar DVD dengan laju data sebesar 2Mbps (2juta bit per detik) hanya membutuhkan Band Width (lebar pita) transponder sekitar 1,2 Mhz (dari 36 Mhz BW satu Transponder) dibanding Technologi sebelumnya MPEG-1 Standard dengan laju data lebih dari 8Mbps yang menbutuhkan BW tidak kurang dari 6 Mhz.
Technologi TV Broadcast terus berkembang, dalam waktu dekat para broad caster akan menggunakan MPEG-4 rev.10 dengan Advance Video Coding (AVC) dengan Efisiensi laju data hingga 1/4 kali MPEG2 artinya kapasitas meningkat hingga 4 kali lipat, angka yang cukup significan namun tetap kita dapat menikmati gambar dengan kualitas standard DVD.
Untuk kualitas yang lebih tinggi MPEG-2 HDTV membutuhkan BW sebesar 20 Mhz, sementara dengan MPEG-4 HDTV hanya membutuhkan sekitar 7 Mhz.

Dengan Ku-Band juga memungkinkan memberikan Video/Data Broadcast pada layanan 3.G dan HSDPA di area remote yang susah dijangkau infra struktur lain.

Jadi sejalan dengan program pemerintah agar go to Digital TV, dalam hal ini TV Broadcaster akan memiliki atau menggunakan puluhan channel siaran misalnya TVRI Sport, TVRI News, TVRI Bisnis dll. sementara Customer mendapatkan chanal program pilihannya misal Sport, News, Cartun atau Movie sesuai dengan service yang mereka bayar. Disisi lain dengan Era Global para broadcaster bisa jual program channel-nya tidak hanya di Indonesia tetapi juga direct ke seluruh wilayah cakupan Satellite Palapa-D why not.... inilah salah satu alasan mengapa Palapa didesain dengan cakupan yang lebih luas, mencakup hingga kawasan timur tengah hingga Jepang dan Australia.

demikian


Written By : Naharuddin Masud